#overtheweekend 7 Tahun Kemudian | Save Me

 masih keluhan yang sama, 


Masih soal kekacauan yang terjadi berbarengan. Gua melihat satu pecahan hidup dari dua sosok yang levelnya upper dari gua. 

Sekitar tiga-empat bulan lalu, Wilsan, atasan yang pernah gua kerja ke dia dan jadi 'tonggak' perusahaan resign. Sebelum momen itu, dia pertama kali drama. Sebenernya, kalo dia drama ya udah itu part of his maneuvre. Cuma kalo gua dicipratin suruh jadi drama kan aing bukan pemeran sinetron ya. 

Gua denger sih hari ini dia udah kerja lagi, dan lip service  as always buat ngajak gua jadi bawahan dia. 


tapi, 


Kalo inget kejadian kemaren, gua anggep dia salah satu orang yang quite nice  aja ya. Karena ada satu hal yang menurut gua sayang ga dia ambil momentumnya. Dalam ide gua, atasan satu ini bisa jadi bener-bener legitimate legend di skena korporasi. 

due to unfortunate event, he's a human. 

Not event a saint. 

He did what he capable of. 


Kadang, gua pribadi juga masih emejing bisa ngelewatin hari-hari di kerjaan. Terlebih saat-saat buruk itu, yang sampe beberapa dari kita bener-bener put life on the edge. 


saat kejadian itu, gua berasa campur aduk. 

Karena selain bapak gua yang ga pernah ngakuin anak tapi kerjaannya minta transferan. 

Ada yang lebih epik dari belio. 



😒


and about last two months, Sabeum Edvan - pelatih Taekwondo yang dulu ngelatih gua gone for good and missing in action. 

Hal ini bikin panik temen-temen yang latihan di origins yaitu dojang Kwitang. No further news, no updates, just bailed out. 

Kepanikan melanda temen-temen, dan kepanikan makin ekstra saat ada informasi bahwa gua ikut casted out. 

Saat baca informasi tersebut, gua hanya cukup meminta klarifikasi dan verifikasi. Panik, nggak. Karena sampe saat ini pikiran gua masih 100% buat kerjaan. Gua harus bangun lagi kerjaan gua dari awal setelah tahun-tahun berlalu. Gak naik, tapi ambles turun. Setiap hari gua muter otak, cari apa yang bisa gua kerjain. 

Gua ga ambil pusing, ketika di-casted out. Seketika, gua langsung take statement dan segera mengumumkan ke peer groups berisi temen-temen latihan. Berbekal pengalaman handling crisis bukan level gua tapi harus gua jabanin, gua cukup tegas menginformasikan soal I am as well gone for good. Pun if there's any some reversed tactics or something resulted my outcast from club, pardon me, I didn't have any scripts to read. 

Setelah take statement, dan ga dapet apa-apa neither clarifications or verifications dari klub. To me, no answer is an answer. 

Gua moving forwards, gua liat mana lagi krisis yang perlu resolve. 

Hal yang bagi gua menjengkelkan adalah, Sabeum Edvan ini MIA tapi jelang ujian sabuk. Tanpa panik, gua langsung keluarin instruksi buat : ujian di tempat gua aja, gimme update ASAP. Seenggaknya resolve dulu ini soal ujian sabuk, on my understanding as insan marketing... getting away without any earlier notice simply ruined your brand. 

Saat pelaksanaan ujian sabuk susulan, om Fian dan Wisnu ngajak gua balik latian.

Gua bilang, 

"first of all, karir gua hancur, gua mulai lagi dari nol. 

So, gua lagi ga bisa build up hobby, neither my existing.

Then, those statement is final, I will never go forward.

I will finish any disclosure once my job done." 


Om Fian ngerti, Wisnu kecewa dan gak ngerti. 


Pikir mereka, gua sebatas kesel sama sabeum Edvan karena setelah ngajar lepas dari dojang awal. Gua hanya nerima berbagai 'limpahan issue'. 


on my understanding, dari awal gua memahami siapa belio. 


Gua sesimpel melihat programnya, how is it will be enable to user. 

Karena, gua udah kerja dengan banyak expert sejak jadi anak pensi dan EO. I know my benchmark, I respect other's benchmark. 

(this include lower benchmark, we never know how they started the ploughing on the soil right?) 



***


Gua di sini melihat dari sisi pandang orang ketiga. Bukan sebagai diri sendiri, tapi sebagai orang lain. Bahwa selama ini gua sudah menghadapi banyak konflik, baik disengaja atau gak disengaja. I saw my parents divorced, at five years old with prequel le father did brutal domestic violence. 

Gua pernah diasingin sama keluarga karena gak naik kelas pas SMA. Pernah juga yaa some teenage dirtbags moment sama angkatan sendiri. 

Atau pas kuliah, I fought my own lecturer, gone scapegoated. 

Mungkin pas 2024 kemarin, saat gua sedikit loose grip tentang jadwal meeting klien saat kantor krisis. Apakah gua ngehit junior satu tim? Nope. Kebetulan aku Taekwondoin ya kak, determined to fight, oblige to protect.  


Cuma bedanya, ketika kejadian buruk itu ada di depan mata gua. Gua selesaikan semampu gua. 


Jadi, wajar saat kejadian 2024 itu terjadi, not even my anger taking control and put some wrath. 


Entah gimana, gua merasa lega perkembangan diri gua udah sejauh itu. 


Setelah semua itu dilewatin, ada Tuhan di situ.. beliau membentuk senyum gua. Bukan senyum arogan atau satir. Kalau menurut Fadhil, temen kuliah gua yang asik banget, senyum gua lebih duchenne. Fadhil pas ga sengaja lihat gua senyum reflek berkomentar : I don't know what you had been through over the decade with paved our goodbye, but your smile is one of most beautiful smile I see, it has live inside it. 


Apakah senyum gua didapat setelah menghadapi banyak masalah? Ngga juga, try to smile please. 

I guess you guys wanna people love you once you displayed your smile.





this is #overtheweekend Tujuh Tahun Kemudian



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tyo in Setiabudi | RIPIU PARFUM KANTORANN!! ELVICTO SUIT AND TIE

Tyo in Kosan | Final Masquerade :(

Bekerja dan Pekerja | Cerita Asik dari Awal Kerja