Januari 2024 - Easing The Pain
Desember 2023
ada hari-hari dimana gua penuh tekanan dari sana-sini. Semuanya memuncak dalam satu waktu dan dalam satu bulan. Mental gua tidak sedang sekuat biasanya, karena bertubi-tubi semuanya datang dalam satu waktu. Momennya pas ada satu event kantor dan kebetulan bersamaan dengan acara puncak diklat Taekwondo.
Gua hanya bisa terdiam saat teman-teman sedang eforia merayakan kelulusan dan layak dinyatakan sebagai pelatih Taekwondo. Selain gua ada mas Eko juga. Gua tidak mengetahui banyak kenapa beliau ikutan remedial. Kalau gua, 'jiwa' gua saat itu kebelah dan akhirnya keambil buat event kantor.
Sepulangnya ke rumah, gua tidur. Tidur gua cukup pulas karena tiga hari event (kantor+taekwondo). Gak lupa minum multivitamin biar besok paginya gak tepar. Namun apa yang terjadi di malam harinya, gua terbangun dalam keadaan yang gelap. Gelap yang membuat gua hanya bisa merasakan rasa sakit, kecewa, karena merasakan kemarin gak bisa bareng-bareng lulus.
Rasa itu terasa kian aneh karena dalam realitanya gua bisa bilang : no big deal, I lost nine billion in a day, and I ain't die that day. Adalah rasa kesal karena sulitnya situasi saat itu membuat gua harus memilih mana yang harus gua selamatkan terlebih dahulu, kantor atau Taekwondo. Saat yang bersamaan resiliensi gua juga lagi gak bagus. Gua bisa melepas asal yang lain selamat. Saat itu, seolah gua gak dapet apa-apa.
Kebetulan di kamar gua ada palu yang jadi andalan buat alat perkakas. Palu itu cukup solid dibanding palu yang ada sebelumnya. Sebangunnya gua, telapak tangan gua arahkan ke salah satu ujung tempat tidur. Ujung tempat tidur gua adalah seperti shift knob jika digenggam maka telapak tangan akan tampak mengepal. Lalu tangan gua yang lain mulai menghantam dengan keras. Gua tidak berteriak, tidakpun meringis, gua hanya merasa lega saat itu. Namun ketika hantaman itu tidak terasa sakit, gua menghantamnya berkali-kali hingga bisa mengaduh, minimal merasa sakit.
Keesokan paginya tangan gua bengkak. Setelah masukin mobil nyokap ke bengkel. Gua kemudian pergi ke rumah sakit untuk berobat dan minta diperban. Karena saat naik motor rasanya luar biasa nyeri. Bahkan disenggol dikit aja sakitnya luar biasa.
Keesokan harinya teman-teman kantor syok berat mengetahui gua sudah diperban. Beberapa yang sempat melihat stories gua menyayat diri sendiri di Instagram, marah-marah dan kesal karena gua enggan bercerita apa yang jadi beban selama ini. Kita agak sedikit tegang satu sama lain, karena gua kekeuh merasa ga perlu cerita, karena rasa sakit dan peningnya juga ga akan hilang. Temen gua kesel sama gua karena bukan gitu juga nyakitin diri sendiri namanya. Kalau gua pribadi bilang, memindahkan rasa sakit. Sakit di kepala gua berkurang pasca mukulin diri sendiri kemarin. Gua bisa lebih fokus ngeliat berbagai masalah.
Sampe minggu berikutnya, pelatih Taekwondo gua menemukan perban itu. Demikian pelatih kepala yang hari itu juga hadir sebagai penguji para taekwondoin yang naik sabuk. Padahal udah gua jawab jujur ini hasil dipukulin sama diri sendiri. Tetep, belio gak ngeh. Gua jadi ketawa sendiri dalam hati. Jadi di hari lain saat ditanya lagi gua kasih jawaban bohong : kepentok saat tidur. Demikian keluarga, sepertinya mereka juga ga perlu tau sih penderitaan gua belakangan ini.
Gua rasa, keadaan terkendali sampai kebohongan itu gua terus kasih tau. Bahwa gua kepentok dipan pas lagi tidur.
Gua lalu deg-degan lagi pas kemarin remedial. Selain dapet banyak cerita soal pelatih gua. Gua juga ditanyain : Tyo kemarin kenapa tangannya diperban? Seorang gua, tidak lihai berbohong tentu bukan seorang gua. Gua jawab : oh kemarin sabeumnim, lagi tidur kepentok kenceng banget. Dipan aku kan kayu jati tahun 1960-an jadi kalo salah gerak kena deh. Tentu, dari respon gua, mereka mimiknya gak percaya. Sungguh sangat tidak percaya, tapi gua pastikan saat gua lagi menyayat diri, mereka kebetulan gak melihat.
Kejadian ini gua jadi inget waktu kecil pas putus asa. Gua coba nyilet tangan, tapi kok ga berhasil.
Biasanya kalo gak berhasil gua akan mukulin diri sendiri. Sebenernya self harm ini udah kedua atau ketiga kalinya. Waktu kuliah, tangan kanan gua bikin remuk karena mukulin pohon dan tiang gawang. Dua bulan gua di-gips. Keliatannya tangan gua kepentok gawang, padahal gua remukin sendiri.
Maaf ya ges, ga jujur, soalnya gua jujur kalian gak ngeh sama sekali.
:p
Komentar
Posting Komentar