Kembali Ke Enam Bulan Lalu | Satu - Intro, Sebuah Panggilan

guise, gua pengen bikin entri tentang lika-liku hidup selama enam bulan ke belakang. Has been too much wandering where it goes, but here I go. 

***


BERGEMING


Suara Yosef Deswanto di ujung mikrofon ponsel gua sore itu membuat kepala yang miring ke kanan agak tegak ke tengah. 

"Tyo, di hari itu - saat Tyo bisa mengetahui hal yang akan saya bicarakan - ada pertanyaan, apakah Tyo sesungguhnya memiliki gift? He he he kemampuan menerawang sesuatu?" 


Gua terdiam saat itu. 

Agak mengerikan sisi lain, rupanya sisi gua yang satu ini seperti kembali dalam kehidupan sebagai seorang Katolik. Gua akan menggambarkan bagaimana sisi ini terbentuk secara natural kemudian dipupuk dengan ilmu pengetahuan modern yang cenderung nge-Barat. Nanti, akan gua perlahan gambarkan secara perilaku dan perilaku perkembangan. 


Kak Anto, sapaan akrab beliau, kemudian melanjutkan kalimatnya,


"Coba, mungkin hal ini dibawa dalam doa Tyo - sepertinya ada peran Tuhan, di dalamnya."


Gua masih terdiam, kemudian menyahut, 


"Ada kak, pernah tahu, tapi hanya saya asah dengan ilmu pengetahuan dan penggunaannya terbatas."


Lalu kami tertawa dan melanjutkan obrolan sore itu. Sebuah obrolan hangat antara dua umat Katolik. Satu sisi adalah sosok yang sedang mengimani kelanjutan panggilan menjadi Katolik. Sisi yang lain adalah seseorang yang pernah menjalani masa-masa luar biasa sebagai umat Katolik, dengan bertekun menjadi sosok imam Katolik dengan kaul selibat. 

Memanfaatkan sesi obrolan sore itu. Gua bercerita juga soal doa, doa yang jujur bingung konten doa-nya. Seandainya konten doa itu semudah content plan media sosial di kerjaan. Tapi nggak, nggak semudah itu. Sekitar enam bulan ke belakang doa gua tidak lebih tidak kurang bertema soal bertahan hidup. Sedih kan? 

Obrolan itu terhenti karena kak Anto dipanggil oleh romo kepala paroki. 


Malam itu gua pulang dengan rasa gembira yang wajar. Tidak berlebih hingga eforia, tidak terlalu eudaimonik. Gua belakangan ini memang agak kurang open dengan sesuatu bersifat eudaimonik. Soalnya, idup gua udah kepalang berat dan harus belajar lagi soal psikologi plus filsafat. Hingga hari ini gua blogging, pengalaman ngobrol kemaren jadi unik. Pikiran gua jadi bercabang, kemana-mana, namun kembali ke metrik-metrik awal soal hidup. 


Selama pandemi, gua berjibaku dengan diri sendiri, dengan semua luka semasa kecil. Pikir gua, hanya masa kecil, tapi sepertinya gua akan masuk ke tahap yang lebih kompleks lagi yaitu trauma masa dewasa. Nanti ya, gua ceritakan lebih lanjut. Gua lagi kepengen bercerita hal serupa diungkapkan oleh kak Anto. 


***



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tyo in Setiabudi | RIPIU PARFUM KANTORANN!! ELVICTO SUIT AND TIE

Tyo in Kosan | Final Masquerade :(

Tyo in Kosan | Coba Cerita..