Dailyblog #4 - Juni 2022
Membangun Se-fruit Dinamika Kepribadian
dalam benak gua, gak pernah mikir bahwa apa yang saat ini gua punya itu pengenannya orang-orang juga terutama jenis kelaminnya laki-laki : muke lucu, badan gede, otot ada, bisa bela diri tapi miara anjing laut (geol-geol pantat)
Il Chonko :)
Twitter jadi eksperimen yang menarik buat gua karena disitu gua ngeliat bagaimana orang menilai gua. Kalau boleh diambil top three-nya karena :
- bisa olahraga, ga cuma latian beban pula
- bisa halu, tuh miara anjing laut
- badannya gede
gua cekikikan kalo dengerin : kenapa sih segitu amat excitednya ngeliat profil gua? Salah satu akun 'alter' (jadi pake nama samaran dan lain-lain dan sebagainya) sampe suatu hari ga sengaja ke daerah rumah terus gua ajak makan siang cuma speechless, katanya saat itu gua too good to be true to be exist. Ya jadi orang mah normal-normal aja gitu kalo gua. Sampe nyantol banget event ketemu gua hari itu.
Sampe suatu hari, lucu juga nih kalo dibikin entri soal apa sih perkembangan dinamika kepribadian. Yuklah gua share.
Pertama banget, gua awali dengan konformitas dan adaptasi. Gua bukan terlahir maskulin ujug-ujug. Gua terlahir jadi anak yang hangat tapi tidak dikehendaki di sebuah keluarga disfungsional. Mengalami malfungsi dan kustomisasi saat remaja. Gua konform dengan standar maskulin, dan sejak saat itu dimulailah 'journey' membentuk kepribadian. Laki-laki seperti apa sih yang selalu diidam-idamkan oleh masyarakat, sampe hari ini tentu namanya menuhin orang maunya apa itu ga ada abisnya. Agak backfire memang.
Namun satu hal dalam konteks konformitas itu, gua sadar banget bahwa gua tidak terlahir maskulin, gua tidak terlahir rupawan, tak lebih tak kurang kebetulan aja udah kepalang buang dalem wkwk. Mimpi setiap orang menjadi tokoh utama dalam sebuah fragmen kehidupan, nah ga berlaku buat gua. Gua sebaliknya, sangat menggemari tokoh-tokoh santuy pendukung peran utama yang idupnye penting abis buat kemaslahatan orang banyak. Seperti Han Lue di Fast and Furious Saga, nah perlahan gua lebih seneng desain kepribadian gua kaya dia : established, gosah jadi main actor, tapi hidupnya asoy.
Satu hal konsekuensinya, tokoh Han sendiri kemudian diceritakan hidupnya tragis. Mulai dari jatuh cinta dan akhirnya memilih tidak berpasangan karena cintanya yang warbiasah sama Giselle. Kebetulan coincidence aja sama gua belakangan ini, dibalik semua kekocakan yang gua kerap sajikan ada berbagai cerita pahit yang bikin gumoh.
Sejak SMA sampai lulus kuliah, gua sibuk 'membentuk diri' semaskulin mungkin. Gua tidak memberatkan suara gua, tapi ya masukin alkohol biar suara agak beda sama kakak. Gua awalnya ga sanggup di sekolah laki semua sampe lulus dengan baik kemudian. Lalu gua mulai 'membenahi' aspek fisik dengan berolahraga. Olahraga awalnya adalah ekspresi ketidakpuasan, terapi aktifitas dari gejala depresi yang dialami saat usia 20an. Kalau sekarang bisa dibilang lagi panen dan lagi buka lahan lagi.
Gua tidak menyesal memulai olahraga dan sekarang lagi pelan-pelan mulai membenahi pola makan. Setelah seminggu lalu gua dihantam gerd warbiasak kan maen. Dari awalnya olahraga gratisan selesai jam kantor, sampe akhirnya komitmen pada satu program - Taekwondo. Tengah-tengah proses itu, gua dapet banyak kesempatan hingga badan gua bisa gua bawa ke level yang rada mustahil buat olahraga rekreasi. Kadang saat gua rilis video, dengan berat sekwintal lebih ini terasa tidak mungkin bisa melakukan olahraga yang rada crossfit. Sayangnya, gua bisa.
Demikian dengan sosok maskulin, gua ga selalu cool, gua ada aja nyeletuk bangsatnya, tapi kepala gua selalu dingin kalau ketemu orang-orang ngehe. Nebas orang adalah pilihan terakhir, tapi tergantung juga orangnya apakah minta ditebas wakakaka. Beruntung saat kuliah menduduki jabatan tertinggi sebagai mahasiswa, you named it, ketua himpunan mahasiswa sama ngawal Presiden BEM (how do I say it ya, soalnya organisasi mahasiswa di kampus gua kulturnya beda ndiri gitu, ga tau napa). Itu prosesnya pelik juga.
Terakhir tentunya adalah pengalaman magang skripsi di kepolisian yang meningkatkan level kalem dan semakin mutusin urat takut dan malu.
Apakah gua mengalami tantangan selama proses ini? Tentu banyak. Salah satu tantangan yang cukup milestone adalah keluar dari konsep diri yang rendah. Kalau mengutip kutipan eKatolik baru-baru ini,
mendapat konsep yang keliru soal hidup soal rendah hati dan rendah diri yang overlap adalah sebuah katastrofi tersendiri. Saat itu karena udah kuliah, gua gunakan semua pemahaman kuliah kepada diri sendiri. Minimal, mengenal konsep diri secara fisik, mental. Secara fisik gua gede badannya, lha kalo gitu kenapa ciyut amat. Pengalaman diremehkan adalah makanan sehari-hari sebagai anggota keluarga, not to be mention, sama orang tua sendiri. Namun kemudian apakah gua seeking validation? Nggak, ada saatnya memang memvalidasi, tapi setelah gua ketahui bahwa ortu gua juga adalah dewasa dengan banyak isu mental tak terpecahkan, gua ga mau mencari validasi ke mereka. Validasi, cukup dari diri sendiri.
Fase-fase si rendah diri ini bergejolak ada. Jangan sedih, gua mencermatinya secermat mungkin.
Sekarang, gua lagi sibuk merayakan hidup, hidup gua pastinya masa idup orang laen. Apa yang gua suka, gua posting, orang komen ngaco gua bales ngaco - no hard feeling. Namun gua tau konsep dasar gimana biar lo digemari sama market lokal. Kalau sama market luar negeri, brand value, personal value lo kudu kuat. Kalo market lokal, itu coba tampilan lo poles sepoles-polesnya sampe titik nadir kehaluan masyarakat. Tentunya gua ga terburu-buru dalam memoles itu, namanya polesan kalau mau bagus, polesnya pelan-pelan.
Sebagai penutup, ini hasil polesan terbaru gua.
^^
Komentar
Posting Komentar