#menjadiKatolik Enam Bulan Kemudian
Dari Misa ke Misa
salah satu sisi menarik jadi umat Katolik adalah syarat sederhana seperti : hadir perayaan Ekaristi seminggu sekali. Ritus ini awalnya offline karena masih pandemi dan calon baptis, abis itu hybrid kadnag online kadang offline, terus pas udah penurunan PPKM, gaspol offline cus. Apalagi, ada gereja yang setarik lurus dari rumah yang dulu posisinya ujung berung itu.
Namun, menarik buat gua adalah belakangan ritus ini jadi momen buat bilang : terima kasih udah dipanggil pulang ke sini. Setelah pas nerima sakramen baptis gua bergumam : terima kasih Tuhan, aku sudah dibawa pulang setelah terlalu banyak luka dalam perjalanan ini. Minimal, lo udah punya rumah di dalam hati lo. Tempat lo bisa pulang kapanpun lo mau. Gereja adalah manifesto fisik rumah itu.
Beberapa paroki jadi akrab dalam benak gua, salah satunya adalah paroki Keluarga Kudus Rawamangun. Pas kemaren misa di sono, gua seolah membawa diri gua yang masih SMP. Secara gua SMP, misa bulanan di situ mulu (SMP gua belakang gereja persis). Berasa gua misa ngemongin diri gua yang masih SMP, yang lagi berjuang dan mentalnya luar biasa baja. Kalo sekarang gua udah kaya besi korosi, wkwkwk, dilebur dulu mendingan. Dia begitu bahagia, hari itu gua lihat, lucu juga sih gua bisa merasakan juga kebahagiaan itu.
Gua no expectation selain misa saat hadir di paroki Keluarga Kudus Rawamangun. Namun gua baper dengan suasananya. Gua berasa terlalu gembel dengan mengenakan kemeja kerah shanghai, sementara peserta misa di sono 90% pake batik. Suasananya-pun unik, luar paroki Jakarta Timur, masuk paroki langsung berasa di Jawa Tengah atau Jogjakarta. Feels like hometown, kaya iya gua suka pulkam aja hahaha. Terakhir, sebuah ciri khas unik yang selalu ada : wey lagi di Indonesia nih. Mau nanti kalo liat manifes umat yang ikut pasti namanya campuran nama eropa dan nama suku lokal. Seperti acu, yang namanya medok banget, medok eropa, medok Jawa Tengah. Hal itu yang bikin gua hepi menjadi umat Katolik, gua ga merasa asing saat bersama-sama menerima sakramen.
Gua mulai paham kenapa umat Katolik rata-rata taat ke gereja. Meybi, mereka mengalami pengalaman iman yang menarik sehingga satu kali seminggu bukanlah hal sulit. Kalo bisa, plis jangan ganggu quality time gua yang sesungguhnya quality time. Mencari kebahagiaan eudaimonik belum pernah sesederhana ini.
Belakangan, intensi doa dan sesi misa mingguan membawa gua pada tahap baru dalam perjalanan sebagai umat Katolik : membenahi hidup sesungguhnya membenahi. Gua syok secepat ini, karena dari awal gua tidak punya ekspektasi, selain semoga kemampuan gua sebagai makhluk spiritual jadi semakin puguh selang waktu berjalan. Namanya waktu Tuhan ya, ya kita mah ngikut aja, kalo Dia udah bilang : sini tak kandani, mau ape lo?
^^
***
Lift The Crest
gua masih memahami salib apa yang sedang gua panggul.
Karena masing-masing umat memanggul salibnya.
Beberapa teman mengalami kepahitan sebagai umat Katolik pasca baptis dewasa, mulai dari penolakan, pengusiran dan lain-lain. Sementara gua, bisa dibilang gua salah satu yang beruntung, malah disambut gembira.
Komentar
Posting Komentar