Dailyblog #1 - April 2022
Sebelah Ruang SKCK | The Oldstatesman Reign Over Wireless Horizon
Jaman gua masih halu dan yakin bahwa hidup gua akan berakhir sebagai seorang perwira psikologi di kepolisian. Gua pernah menjalani sebuah fase hidup yang super ajaib. Penasaran dengan alur hidup kepolisian, gua bertanya : do their living as the best quality of life? Akhirnya secara unik gua kenal sama mereka, terlibat, dan sampai selesai skripsi. Saat itu gua juga baru belajar jadi dewasa yang artinya masalah hidup itu back to back. Saat itu gua dibuat bingung dengan kehidupan, mana yang bisa gua jadikan pegangan, mana yang harus gua ikuti. Sampai mungkin saat itu dan sampai saat ini gua masih merasa tertekan. Tentunya sekarang gua udah bisa melihat mana standar yang buat gua berkenan dan mana yang : auk amat.
Melepas semua hal 'menyenangkan' dan 'fulfilling' adalah fase terberat dalam hidup bersamaan adalah salah satu fase yang pelik dalam hidup gua. Udah melepas salah satu aspirasi hidup untuk berkiprah to the max, kehilangan teman pula aing. Ketika hari ini gua melihat beberapa teman gua begitu kalutnya harus tumbuh dewasa hingga mereka bingung apakah iya dewasa sekejam ini, gua cuma bisa bilang : iya. Fase yang berat lainnya adalah gak punya pegangan apapun. Gelar? Well not so proud and useful. Gua hari itu memulai pergulatan hidup lainnya hingga perlahan jelang usia 30 gua menetapkan siapa diri gua dan hidup sebagaimana mestinya ketetapan itu.
Saat ini hidup gua entirely mediocre and normal. Gua punya gaji, sebagian disisihkan; gua punya hobi, dan hobi itu menghasilkan prestasi; gua punya pekerjaan, dan pekerjaan gua bisa gua jaga. Gua punya sebuah laptop yang masih dianggap super, dan memang super. Buat gua, karena ngebantu banyak hal dalam keseharian. Sampai suatu sore, muncul sebuah pesan di salah satu media sosial gua.
Subjek skripsi gua menghubungi gua. Ya, subjek skripsi gua adalah seorang anggota intelijen kepolisian. Kami sudah lost contact hampir tujuh tahun. Hidup kita terus berlanjut, gua seorang mediocre salaryman; beliau seorang anggota polisi aktif. Bahkan, nama gua udah berubah. Naluri seorang anggota intelijen memang yaa begitulah gua ga terlalu heran. Tentunya gua mudah dilacak tapi masih sukar dipahami kenapa manuver gua cukup kompleks. Siapa 'ulahnya' sampai gua lihai seperti ini? Opkors.. beliau-beliau ini.
Karena gua lagi jam kerja, telpon dari beliau gak gua gubris dulu. Baru setelah jam kerja gua menghubungi. Gua terkejut saat beliau sudah jauh lebih kurus karena diabetes. Oya, kita semua bertambah tua, dewasa.. mungkin. Beliau masih dengan khasnya, berbicara layaknya seorang intelijen ke gua seorang warga biasa pasca omicron penuh dengan brainfog. Gua tetep menikmati becandaan kepolisian, namun beberapa topik pembicaraan beliau agak susah mengimbangi terutama soal aktifitas digital - yang kebetulan ini 'makanan sehari-hari' gua.
Singkat kata, beliau menceritakan setelah lima tahun bertugas di unit patroli, beliau kembali ke unit intelijen. Sebelumnya beliau lama di unit intelijen. Sepertinya resolusi naro polisi yang masih anget lulus atau mungkin working experience-nya <5 taun bukan ide bagus. Meskipun cakap secara teknologi, namun urusan deteksi kerawanan, arsitekturnya masih sama seperti 10 tahun lalu gua memulai aktifitas buat pengumpulan data skripsi.
pertanyaan gua : ada apa kemudian? Pastinya hal ini bukan hanya sebatas minta tolong.
Pada hari H, gua udah bangun dari jam 6 - buka laptop, ngerjain kerjaan karena jam 9 mau ada catch up kan sama subjek skripsi gua. Handphone masih dalam keadaan charging, baru gua nyalain pas gua abis mandi jam 8 dan siap-siap buat berangkat ke mapolsek. Pas internet hape udah nyala, gua menerima pesan suara, missed call dan missed video call jam 6. Sepertinya subjek skripsi gua udah panik banget, karena janji yang udah dibuat mesti ditunda. Dari suara beliau, tampak beliau menyesal harus reschedule. Karena di obrolan sebelumnya gua sepakat buat dateng jam 9 dan ga akan lama-lama karena masih harus kerja. Jadilah hari ini gua kerja seperti biasa, dan pacaran seharian via WA.
dalam benak gua, kadang ada pikiran : ah ini mah catch up aja.. gua ga terlalu gimana-gimana banget. Mungkin palingan yang nanti ditanya pasti soal siapa pacar gua, terus kenapa gua pindah agama, dan lain-lain dan sebagainya. Kebetulan belakangan ini hidup gua agak cukup disorot ya karena tetiba menambah nama baptis. Pada beberapa titik kehidupan, orang akan melihat seberapa pahit hidup gua dari perilaku gua memilih menjadi Katolik.
yeu, padahal gua kan memang mau settling down hidup
buat gua sekarang lebih enak buat ngumpetin proses hidup yang emang itu domain gua aja bukan bukan domain publik.
***
Komentar
Posting Komentar