Dailyblog #2 | Januari 2022

 Future Past : Streetworkout Velo

Muha masih tetap sama, kurang catch up dengan teman-teman latihan. Semetara role yang lain sudah terisi dengan ideal. Cuma buat pengganti gua, sepertinya agak sulit ya. Ada, tapi mungkin harus beberapa orang. Oh, well, let's have some snack and talk about a beautiful future past. 

    Sore itu gua janjian di gedung Judo, Kelapa Gading sama beberapa senior komunitas Streetworkout Velo, Jessy, Nat, Fifi. Nat dan Fifi pengen banget experience Taekwondo dan beruntung gua punya beberapa kicking pad plus mereka bisa dapetin experience-nya. Apa daya ujan gede, gua ngeliatnya aja juga kemungkinan batal sih, tapi apa daya udah keburu sampe. Gua cuma ketemu Jessy, lalu Muha, op kors. 

    Berarti udah hampir tiga tahun gua gak nyambangin Velo. Secara menarik satu per satu dari kami yang dulu merasa Velo adalah nyawa kita semasa 20an perlahan terus berkembang hidupnya. Gua menyaksikan sendiri perlahan sebuah istilah 'datang dan pergi' yang dalam bahasa Inggris jadi arrive and depart berlangsung di sebuah komunitas, dan pada akhirnya masa itu tiba di gua. 

    Apa sih bedanya? Bedanya adalah saat hari ini gua balik, meskipun gua mengaku baru tapi sepertinya tidak berhasil menyamarkan kedok gua sebagai salah satu expert didikan Streetworkout Velo. Sebuah komunitas kalistenik dan bodyweight training yang saat ini founders dan councils-nya adalah praktisi kebugaran dengan pendekatan kalistenik. 

    Oh, sudah 4 tahun berlalu saat komunitas ini paceklik dan harus beradaptasi dari komunitas yang dicari menjadi komunitas yang dipertanyakan apakah masih hadir untuk kebutuhan olahraga alternatif dengan budget super hemat. Namun gua ga merasa menyesal akhirnya berangkat dari SWV, karena sudah saatnya. Karena hari ini gua melihat sosok-sosok yang empat tahun lalu gua harapkan bisa gua lihat dari pelatih, social media officer, dan lain-lain dan sebagainya. 

Always be home, always be the most anticipated arrival for someone who like to craft their physical potential. 



Ignatius Bramantyo Adi

SWV High Council 2016-2018

Calisthenics Specialist L1


***

Tenang, Hanya Mimpi


Semalem gua ga sampe selesai dengerin cerita Romo Hari di Lapak Iman. Ngantuk jo, dan hari Kamis itu udah pasti kerjaan gua banyak belom lagi aksi lompat sono-sini ngurusin KK, ketemu temen dll dsb. Jadilah aing rasa-rasa lelah kalo hari Kamis. Doa malam dan novenapun terlewat karena beneran udah capek. 

    Satu hal saat gua tidur yang khas yaitu mimpi. Sejak baptis, mimpi gua unik karena selalu melibatkan sebuah simbol. Simbol ini memang objek yang gua gandrungi sejak bocah, mobil. Cuma kali ini simbolnya kelewat segmented. Kenapa? Karena merujuk pada satu brand lux yaitu Mercedes-Benz. Sekali mah selow, ini kok rutin, hahahhahaa

   Apakah gua akan membeli Mercedes-Benz dalam waktu dekat.. NGAREP AJAA ANDAAA hahahaha - tentunya gua memahami simbol kendaraan sebagai simbol mimpi sangatlah kontekstual dan filosofis. Apalagi gua sendiri sejenis car enthusiast, barang tentu ini konteksnya sebuah atau beberapa buah kualitas dalam sebuah benda. 

    Menarik, lebih menarik lagi adalah simbol yang selalu muncul itu adalah sedan Mercedes-Benz tipe E-klasse dan S-klasse, nongol juga S-klasse Maybach yang merupakan tipe tertinggi supreme bonum-nya Mercedes-Benz. Ibaratnya lo perjalanan jauh, yang lo masuk mobil teler, keluar mobil langsung uhwaw glowing and rejuvenate. 

oke maleman dikit gua uraikan, 

gua jadi chorproret slev dulu sekarang,

***

Keponakan yang Sembuh, Innerwork yang Tiba Pada Titik Luruh

Keponakan gua yang gua beri sandi le fluff fluff nephew, seminggu lalu sakit. Gua sampe punya niatan, buat bonding setiap wiken sama keponakan setelah selesai sesi coaching Taekwondo, kebetulan coachingnya deket rumah kakak gua. Namun, keponakan gua tumben agak beda perilakunya saat tadi gua nongol. Tumben dia nyariin gua banget. Apalagi selama sakit gua ngajak ngomong dia pelan. Gua udah saking terbiasa sakit dan memahami apa itu rasa sakit. Gua gak pengen nambah sebuah kecemasan buat anak-anak dengan tonal voice yang melengking. 

security is firm

insecurity is loud

#prinsip

    Sejak keponakan lahir, gua juga sibuk inner child healing, kalau usia keponakan udah ampir tiga tahun ya selama itu gua memulihkan diri dan terus memulihkan diri. Kelak semoga setelah pulih gua jadi dewasa yang adaptif secara mental. Namun, buat hari ini biarlah gua menikmati efek komitmen inner child, keponakan gua merasa secure mendengar suara gua. Dia ga membalas obrolan gua dengan tonal voice yang melengking. Dia ngerasa secure ada di sebelah gua. Gile ga sih, gile gile gile, TBL TBL TBL (takut banget loh).

    Tanpa bermaksud mengkritik nyokap yang ciri khasnya selalu keras suaranya. Gua yakin, setiap anak itu ga butuh suara yang nyaring, cukup suara yang hangat dan memahami mereka. Mungkin kakak ipar gua bisa suaranya nyaring tapi cukup warm, demikian kakak gua juga. Lalu gua sebagai omnya? Opkors kudu rada linier. Setelah mengasuh inner child, gua merasakan : oh lucu juga ya jadi om om hahahaaha! 

jadi pengen punya anak :p 

***


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tyo in Setiabudi | RIPIU PARFUM KANTORANN!! ELVICTO SUIT AND TIE

Tyo in Kosan | Final Masquerade :(

Tyo in Kosan | Coba Cerita..