Dailyblog Special Edition - July 2021
Membuka mata setelah tidur super nyenyak setelah lima hari gak bisa tidur sampe berat badan turun.
Waktu masih menunjukkan jam 14:45, artinya gua tidur cuma 30 menit tapi berasa tidur tiga jam.
Lima hari berlalu dari kejadian nyokap positif Covid 19, akhirnya gua bisa tidur nyenyak.
***
Gua heran sama orang yang bangga ga percaya Covid 19 dan seolah imunitasnya kaga bakal ketembus, padahal kejadiannya ketembus dan mokat juga. Selama pandemi ini gua udah cukup keras menjaga diri sendiri, sebagai konsekuensi adalah keluarga semua terpapar Covid 19. Yes, gua sangat egois, karena gua tau masing-masing anggota keluarga udah punya pendekatan soal gimana mencegah penyakit. Jadi daripada lo bagi-bagi, mending lo simpen aja buat diri sendiri. Cara gua ya udah paling sederhana : olahraga.
Gua sendiri adalah sasaran empuk Covid 19 : mental bisa jeblok karena stress dan obesitas. Udah dari dua perimeter itu gua jadiin sebuah sistem pertahanan diri dengan pilihan : lakuin ini atau kecuali lo pengen seangkatan sama James Dean atau Alda Risma.
Saat nyokap positif, dan sempat kontak erat - sehari setelahnya gua tremor, gemeteran ga keruan. Ada kombinasi takut, marah dan manifes wrath yang udah siap keluar tapi harus ditahan sementara. Sampe akhirnya saking ga tahan gemeteran gua bawa olahraga, hasilnya gua gak bisa pull ups satu repetisipun. Jadilah gua nendang-nendang sendiri.
Hasil PCR gua keluar beberapa hari kemudian, negatif tapi tetep wajib isolasi mandiri pasca kontak erat.
Gua rasa udah banyak kabar gak enak soal Covid 19 dari level keluarga sampai pemerintahan. Dari anggota keluarga terpapar, hingga sesama warga negara yang kerap menggiring narasi soal negara Indonesia ignorant dan avoidant pada warganya sendiri. Gua meletakkan tombol mute, karena setelah gua teliti masing-masing.. mayoritas narasi itu ada kepentingannya. Sisi lain gua secara sederhana mempertanyakan apakah gua sebagai WNI sudah memenuhi kewajiban gua sehingga saat situasi kritis seperti saat ini akan dapet full-service dari negara? Gak pernah tau. Seperti pengalaman gua mencoba jadi abdi negara, rupanya journey dan logic-nya aja beda kan, makanya gua gak pernah lulus tes ASN.
Gua ingin berbagi hal-hal yang lebih chicken soup for the soul selama pandemi ini, terutama saat hari nyokap positif Covid 19.
Karma isn't Bitch
Ungkapan populer mengatakan karma is bitch, karma itu jalang. Sebagai ungkapan ketidakpuasan ketika mendapat karma buruk yang begitu hard to swallow, sementara karma baik itu cuma kaya kentut : kalo gak bunyinya kenceng, baunya nusuk tapi cuma sebentar, kurleb yaa analogi gua.
Namun, saat kondisi kemarin. Seolah semesta mulai masuk intervensinya, seolah berkata : WOY LO UDAH NOLONGIN ORANG DAN KADANG DIRI LO GAK KETOLONG. GANTIAN WOY, JANGAN NEUROTIK NGANA HEY!
bhaiq.
Pertolongan itu hadir karena gua ngepost di medsos dan gak nyangka temen-temen gua adalah orang-orang yang seperti gua : bisa gercep dan bisa memilah situasi. Kalau ditanya siapa temen-temen gua, gua akan menjawab :
Tyo's friends have unique profile refer to their steadfast aspect, reliable, and very delicate to see a crisis.
Mulai dari obat, rujukan rumah sakit, sampe first aid gua sebagai yang kontak erat sama nyokap di-provide. Gak sampe disitu, mereka gak ragu buat kasih dukungan sosial. Karena mungkin ini pertama kali temen-temen gua ngeliat gua f*cked up. Semampus-mampusnya gua, gua bisa napas. Kali ini gua bener-bener glepar gitu aja.
Gua sungguh berterima kasih kepada temen-temen yang langsung ngerahin bantuan.
Ada juga keponakan gua yang bantu vitamin, dan saat nyokap tau nyokap bertanya : kok tumben?
Bukan masalah tumben, gua setelah dewasa punya ilmu memahami orang ya gua pahami sesuai manner mereka. Termasuk keponakan yang itungannya jauh dan considered gak pernah reach out keluarga.
Terselamatkan oleh Olahraga Kesekian Kali
Hidup katanya itu berisi jatuh berulang kali dan mampu berdiri berulang kali. Pemaknaan itu gua dapet saat berlatih gulat, sebuah olahraga kombat yang terkenal keras. Gua belajar gimana tetep bisa napas dan gak panik saat situasi yang mencekik. Suatu saat gua bilang ke diri sendiri : saat lo dewasa, lo harus bisa olahraga, disiplin berolahraga.
Sebuah kaul yang menyelamatkan.
Gua belom sempet berterima kasih sama diri sendiri, karena rutin olahraga, vaksin, kali ini gua selamat dari serangan Covid 19.
Hidup Melunak
Gua kebayang bokap yang dimasa tua saat ini jauh dari siapa-siapa dan gak deket ke apa-apa. Karena semasa hidupnya yang dia tau adalah dia berhak atas semuanya dan gak punya kewajiban sama dirinya. Gua sendiri gak memungkiri pernah hilang arah dan menetapkan hidup itu gitu-gitu aja jangan terlalu luar biasa. Belakangan gua mulai menyadari bukan masalah hidup biasa atau luar biasa. Hidup udah kaya equalizer, ada setelannya. Kapan keras, kapan lunak.
Pengalaman kemarin seolah memberi gua sebuah pelajaran bahwa mungkin selama ini gua terlalu keras sama hidup karena punya ketakutan memenuhi sebuah fulfill seperti bokap. Hidup gak memukul gua, hidup melunak semata gua sendiri yang keras. Akhirnya gua mulai sadar kenapa berat badan gua gak turun-turun selama pandemi, selain emang kaga mungkin, namun ada proses dimana gua terlalu keras. Namun ada satu hal yang belom gua akan ubah : soal keterbukaan pada kakak atau nyokap. Selama ini mereka 'menunggu' gua kembali tapi gak kembali-kembali juga ini anak. Hal ini yang masih cukup grappling dalam diri sendiri.
Memahami Kelemahan
Sehari setelah nyokap dievakuasi, badan gua gemeteran. Literatur soal emosi pernah menggambarkan bahwa orang yang terganggu salah satu dimensinya adalah yang gak mampu mengendalikan emosi. Mengendalikan artinya bisa terlalu lepas, bisa juga kaya gua kemaren, terlalu lelah. Saking lelahnya gua tremor, insomnia, dan pekan kemaren ga ada tukang jamu jadi gak ada instant painkiller dan mood booster.
Gua sendiri saat ini masih lemah pasca trauma kemaren, ditandai dengan masih insomnia sambil ngetik beginian. Bahkan gua terlalu lelah buat nangis, dada udah sesak, kaga berhasil juga nangis. Pekan kemarin jadi catatan tersendiri dimensi kelemahan mental gua.
dan ya.. tetap jaga prokes, demikian blog kali ini.
***
Komentar
Posting Komentar