Daily Blog #6 - Maret 2021

Indahnya Sosyiel Netwahking


Networking dong! 

adalah frasa yang awam gua denger sejak kuliah dan kerdja. 

*oh iya gua suka pake ejaan Van Opuysen hahahaha, menandakan agak enak nyangkut di lidah penyebutan sebuah kata 


Peer group pada pekerjaan biasanya karena satu departemen atau paling epic satu penderitaan. Misalnya sama-sama harus jungkir balik bareng-bareng tiap hari, dari yang awalnya kaku sampe akhirnya main kartu setiap jam makan siang. Dari awalnya cuma minta data sampe berakhir after hour nonton bioskop dan aksi saling compliment kalo kelar sebuah kerjaan. 

Ceritanya Teteh Yulay tetiba ngabarin : om ada rekomendasi digital planner? 

Hwaduh, monmaap komplotan saya rata-rata anak desain tulen ini bun, kalau strategist-strategist gitu lom ada. Ya udah coba ngiklan aja di Instahram. Responnya bagus, nyantol beberapa jadi selama jam makan siang pencarian digital planner ini mulus.. saking mulusnya ada adek-adek baru lulus SMA mau apply. 

bang gua paham digital planning, medsos kan?

Ow tidak semudah itu Armando Mendoza

Tidak semudah Anda mau naro postingan di medsos sebelah mana kakak. 

Tidak semudah Anda menentukan mau nyeletuk apa di content planningnya. 

Meskipun cuma 'planning' percayalah itu ga kalah gesreknya dengan kerjaan lain di bidang digital. Mending dekbro kuliah dulu kenali perintilannya. Apalagi planning ini akan berurusan dengan fulus, yu no when it kam tu fulus, semua akan semprulusss.. 

ahey! 


***

The Last Who Will Least Outlast 


Gua punya pengalaman jadi looser karena kebanyakan loose dan tepatnya kebanyakan ngalah. Berhubung gua orangnya linier, paralel just recent years, gua tau rasanya outskirt, outnumbered, dan lain-lain dan sebagainya. Hanya satu yang gua pikir : how brutal is an actual competition? 

Selanjutnya gua mulai desain coping mechanism, activities terakhir strategies. Apalagi setelah dewasa, kita punya otoritas soal kepribadian, we can compete this hour and chillax on next hour. Faktor awareness alias kesadaran gua outnumber sementara. What I did? Jump myself to hell first. 

Sejak gua menjalani seleksi-seleksi buat profesi, gua liat selama di keluarga gak pernah diajarin konsep kompetisi, apa itu kompetisi sehat, dan gimana coping sama kompetisi yang gila-gilaan. Wajar, gua selalu kalah pada setiap kompetisi. Akhirnya mengatakan pada diri sendiri, wlll go home with bruise and medals, will go home with a medals and coffin, to tell everyone in the house I am survive the race scene - whatever it takes. 

Satu sisi gua punya dinamika kepribadian : ah ngapain sih? Ini masih dipengaruhi 'trauma' sebagai penyintas broken home. Ini masih gua proses terus sampai titik oke bisa gua tindak : ga perlu ah. Proses gak pake pain juga udah painstaking. Tinggal milih aja yang bisa ditahan rasa pedihnya. Gua mengasah kemampuan kompetisi saat berolahraga, mulai dari kalistenik, gulat sampai sekarang taekwondo. Jadi mental-mental kaya 'ya udahlah ya' gak akan kepake sementara. Karena sadar, pada sebuah kompetisi bukan menang tapi kapan lo tersingkir dan menyingkirkan orang lain. 

this include, life's competition. 


***


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tyo in Setiabudi | RIPIU PARFUM KANTORANN!! ELVICTO SUIT AND TIE

Tyo in Kosan | Final Masquerade :(

Bekerja dan Pekerja | Cerita Asik dari Awal Kerja